RumahCom – Peningkatan suku bunga di Australia justru menguntungkan untuk sektor properti ditambah kenaikan bahan material dan kelangkaan tenaga kerja sektor konstruksi. Hal in akan membuat unit apartemen di Australia kian terbatas yang memicu harga sewa sehingga menjadi lebih menguntungkan untuk kalangan investor.
Bank Sentral Australia pada awal bulan Mei ini menaikan tingkat suku bunga yang akan berdampak langsung pada kenaikan harga unit apartemen secara progresif selama beberapa tahun ke depan. Di sisi lain, suplai unit apartemen di Australia juga tengah mengalami keterbatasan pasokan bahan baku hingga kekurangan tenaga kerja di sektor konstruksi.
Menurut Iwan Sunito, Komisaris dan CEO Crown Group, perusahaan pengembang Australia, situasi ini membuat konsumen harus bersiap dengan kenaikan harga yang akan mencapai double digit khususnya untuk proyek pembangunan apartemen baru pada tahun-tahun mendatang.
“Di sisi lain hal ini akan membuat kalangan investor kembali masuk ke pasar karena harga sewa unit apartemen yang akan meningkat dan untuk mengimbangi kenaikan suku bunga dilakukan dengan kenaikan harga sewa. Hal lainnya ketersediaan unit apartemen off the plan dan apartemen yang telah selesai dibangun akan terus berkurang dan ini artinya owner-occupiers dan investor sangat aktif di pasar,” katanya.
Dengan situasi ini juga menjadi masuk akal bila konsumen terlihat bergegas untuk membeli produk properti guna menghindari kenaikan harga double digit yang disebabkan meningkatnya biaya konstruksi, material, hingga keterbatasan tenaga kerja. Hal ini menjadi situasi yang baik bagi investor dari luar negeri khususnya China dan Indonesia untuk mendapatkan unit properti dengan harga yang masih terjangkau.
“Saya sangat percaya kalau timing saat ini merupakan momentum terbaik untuk melakukan pembelian pasca pandemi. Pasar properti di Sydney tidak pernah berhenti bergerak maju dan investor dari luar negeri khususnya Indonesia merupakan komunitas investor terbesar kedua bagi Crown Group yang telah merasakan betapa menguntungkannya berinvestasi properti di Australia,” imbuhnya.
Dengan menyegerakan pembelian pada saat ini artinya kalangan investor bisa mengunci harga sambal terus menabung untuk melalukan pembelian di masa mendatang. Di sisi lain, Australia juga masih mengalami housing shortage, jumlah penduduk Australia yang mencapai 26 jutaan jira dengan rata-rata peningkatan populasi 1 persen setiap tahunnya.
Data dari Treasury.au, dengan tren saat ini populasi Australia diprediksi akan mencapai 35,9 juta pada tahun 2050. Migrasi dari luar negeri juga terus berkurang dan Indonesia menjadi salah satu komunitas migran terbesar yang tinggal di Australia.
“Pasokan hunian yang terbatas dan peningkatan jumlah pembeli berarti banyak konsumen yang tidak sanggup memiliki rumah tapak dan unit apartemen menjadi pilihan yang lebih terjangkau. Situasi ini akan membuat tahun-tahun yang akan dating akan lebih banyak unit apartemen yang terjual dibandingkan rumah tapak,” beber Iwan.