Erwinkallonews.com, JAKARTA – Permasalahan tata ruang dapat menyebabkan Jakarta kehilangan potensi investasi, khususnya di bidang properti. Beberapa penyebabnya antara lain ketersediaan lahan di Jakarta yang sangat terbatas akibat penataan ruang yang tidak terpadu sehingga harga jual tanah di Jakarta relatif tinggi bisa mencapai lebih dari Rp 100 juta/meter.
“Banyak pengembang besar yang awalnya hanya berani main di Jakarta, kini sudah masuk ke kota-kota sekitar dan bahkan keluar pulau Jawa karena sudah sulit mengembangkan proyek seperti superblok di Jakarta,” ujar Wakil Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Bidang Tata Ruang, Kawasan Strategis, dan Lingkungan Hidup Hari Ganie.
Menurutnya, Jakarta harus bisa bersaing dengan kota-kota lain di kawasan seperti Kuala Lumpur dan Manila dalam menarik investasi. “Jakarta harus lebih kompetitif dengan dimulai dari kemudahan pajak, perizinan, kemudahan memulai usaha, penataan kota yang konsisten dan terpadu, serta ketersediaan infrastruktur sehingga bisa bersaing dengan kota-kota lainnya di regional,” jelas Hari.
Beberapa hal yang menurut Hari penting untuk dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta, antara lain memperkuat sinergi hubungan antara pemerintah dan dunia usaha. “Jangan melihat dunia usaha sebagai musuh. Harus ada kerja sama pemerintah dan dunia usaha. Kalau memang ada yang salah terkait pengembangan kota yang dilakukan pelaku usaha, maka harus ada komunikasi yang baik,” ucap Hari.
Pola komunikasi dan hubungan pemerintah dan pelaku usaha di Jakarta harus diperbaiki, khususnya dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang kemudian dijabarkan dalam bentuk rencana detail tata ruang (RDTR) di DKI Jakarta.